Dicium Artis Cantik
Kisah ini diceritakan Gus Mus, kiai kharismatik asal Rembang, Jawa Tengah. Menurut Gus Mus, aksi artis cantik itu jelas membuat beberapa di antara mereka yang hadir langsung kaget dan bingung. Siapa yang kuat ngeliat kiat nyentrik cuma diem aja disun (dicium) artis cantik.
Tak lama kemudian begitu sudah agak sepi, Gus Mus yang sedang di antara mereka, langsung numpahin sederet kalimat yang sudah dari tadi cuma bisa disimpan dalam hati.
"Loh Gus, kok Gus Dur diam saja sih disun sama perempuan?" ujar Gus Mus.
Dengan santai dan silakan bayangin sendiri gayanya, Gus Dur malah ngasih jawaban sepele. "Lha wong saya kan nggak bisa lihat. Ya mbok sampeyan jangan kepingin," ujar Gus Dur.
Jawabanya Cuma Ho-oh
Karena bingung dengan jawaban tersebut, dia kemudian bertanya lagi kepada seorang Polisi yang sedang mengatur lalu lintas. "Apa ini Jalan Sudirman?" Polisi menjawab, "Betul."
Karena bingung mendapat jawaban yang berbeda, akhirnya dia bertanya kepada Gus Dur yang waktu itu kebetulan melintas bersama ajudannya. "Apa ini Jalan Sudirman?" Gus Dur menjawab "Benar."
Bule itu semakin bingung saja karena mendapat tiga jawaban yang berbeda. Lalu akhirnya dia bertanya kepada Gus Dur lagi, mengapa waktu tanya tukang rokok dijawab "Ho oh," lalu tanya polisi dijawab "betul" dan yang terakhir dijawab Gus Dur dengan kata "benar."
Gus Dur tertegun sejenak, lalu dia berkata, "Ooh begini, kalau Anda bertanya kepada tamatan SD maka jawabannya adalah ho oh, kalau bertanya kepada tamatan SMA maka jawabannya adalah betul. Sedangkan kalau bertanya kepada tamatan Universitas maka jawabannya benar."
Ajudan Clinton itu mengangguk dan akhirnya bertanya, "Jadi Anda ini seorang sarjana?"
Dengan spontan Gus Dur menjawab, "Ho..oh!"
Tiang Listrik Bengkok
Suatu kali, Gus Dur bepergian bersama kiai NU dengan naik bus. Ada seorang kiai dikenal gemar menyandarkan tangannya di jendela mobil. Kadang sampai tangannya keluar jendela.
Dan betul saja, tangan kiai itu keluar dari jendela. Kebetulan Gus Dur melihatnya. Lalu dia pun mengingatkan kiai itu agar memasukkan tangannya, supaya tidak cidera kalau-kalau tangannya itu tidak menyenggol tiang listrik. Tapi kiai itu menolak.
Merasa jengkel peringatannya tak dihiraukan, akhirnya Gus Durbilang, "tolong Pak Kiai, tangannya jangan dikeluarkan, kalau kesenggol tiang listrik, tiangnya bisa bengkok."
Sang kiai segera memasukkan tangannya. Tampaknya dia puas setelah "kesaktiannya diakui."
Itulah Gus Dur. Dengan kondisi fisiknya yang terbatas, dia masih mampu memberikan kontribusi terbaiknya kepada bangsa baik dari segi pemikiran ataupun guyonannya yang segar.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar